Cerpen Benderaku
BENDERAKU
Suara
riuh siswa mulai memenuhi halaman sekolah, mereka menata tanpa dikomando.
Berjajar rapih di tepi halaman sekolah dengan seragam merah putih, berdasi dan
bertopi. Rupanya hari ini adalah hari senin, diamana seluruh siswa melaksanakan
Upacara Bendera. Petugas Upacara mulai memasuki halaman dan menempatkan pada
posisi mereka sesuai tugasnya. Susunan upacara mulai dibacakan, suasana hening
penuh khidmat namun masih ada beberapa siswa yang terlihat mainan dan tidak
khidmat. Susunan demi susunan telah dibacakan, tibalah saatnya pengibaran
bendera merah putih. Pengibar yang berjumlah 3 anak mulai memasuki lapangan
upacara dengan gagahnya. Badan yang tegap dengan irama langkah yang serempak,
bendera mulai diikatkan pada tali tiang bendera. Sebelum bendera dinaikan dengan
iringan lagu Indonesia raya, Pemimpin Upacara memberi aba-aba penghormatan
kepada seluruh peserta upacara.
Semua
siswa mengangkat tangannya dengan penuh semangat, menghayati lagu Indonesia Raya
yang dibawakan oleh paduan suara yang sudah dilatih oleh bapak ibu guru.
Terlihat disudut barisan putra ada salah satu siswa yang tidak mengikuti
upacara dengan benar. Dia hanya terdiam melihat bendera merah putih dinaikan
tampa mengagkat tangan memberikan penghormatan.
“Jo, kenapa kamu tidak ikutan
hormat?”. Tegur teman sebelahnya sambil menyenggol badan anak yang tidak hormat
tadi.
“Lha… pegel tau harus hormat kaya
gitu, lagian Cuma kain begitu harus dihormati” jawabnya ketus.
Anak tersebut
bernama Karjo siswa kelas IV, dia memang terbilang siswa yang sulit dinasehati
oleh gurunya ketika salah. Kebiasannya membuat teman-teman Karjo tidak senang
dengan sikapnya yang kurang disiplin dan sopan. Tidak jarang dia melanggar
peraturan yang ada dikelasnya, terutama Pekerjaan Rumah. Pekerjaan Rumah yang
diberikan Guru pasti Karjo abaikan, lebih seringnya dia meminjam buku PR
temannya dikelas. Kebiasaannya seperrti hal yang sudah biasa dan tanpa ada yang
ditakutkan apabila di beri hukuman.
“Nanti kamu kena hukuman lho…”.
Sahut temannya yang lain.
“lhaa…”. Jawab Karjo ketus.
Dia tidak menghiraukan nasehat
temannya, seakan dia suadah siap apabila akan diberi hukuman.
Upacara telah
selesai, sebelum barisan di bubarkan seperti biasa guru memberikan pengumuaman
mengenai penilaian kerapihan peserta upacara dan kedisiplinan petugas upacara.
Pak Mino sebagai guru olahraga sekaligus mengevaluasi Upacara Bendera memanggil
5 nama yang membuat seluruh siswa terkaget.
“Koko, Ari, Dion, Yono, Karjo…
setelah barisan di bubarkan silahkan menemui Bapa di kantor”. Suara Pak Mino
memecah keramaian siswa yang mulai bertanya-tanya.
“(Deggg)”. Karjo mulai merasa
resah.
“Tuh kan, kamu si sudah aku beri
tau kamunya bandel”. Bisik temannya Karjo sambil menepuk bahu Karjo.
(Karjo hanya terdiam, ada sedikit
sesal terlihat di wajahnya)
Karjo dan keempat temanya langsung
berjalan menemui Pak Mino di kantor, muka mereka terlihat pucat ketakutan.
“Masuklah!”. Ucap Pak Mino dari
dalam kantor, ketika melihat kelima siswanya mau memasuki kantor dengan ragu
dan takut. Pak Mino langsung memulai ceramahnya yang terkenal cukup pedas di
dengar telinga ketika sedang memberi hukuman pada siswanya.
“Kali ini bapak tidak akan
marah-marah pada kalian”. Pak Mino membuka pembicaraan.
Anak-anak masih tertunduk diam
ketakutan, hukuman apa yang akan mereka dapatkan.
“Bapa akan memberi tugas pada
kalian supaya kalian tahu bagaimana kalian harus bersikap ketika Upacara
Berlangsung”
(anak-anak masih menunduk)
“Silahkan kalian cari buku sejarah
tentang kemerdekaan Indonesia, kalian pahami isinya. Setelah itu kalian
ceritakan kepada Bapak”. Sambung Pak Mino
“Tapi pa,… itu kan sudah pernah Pak
Guru ceritakan di kelas”. Bantah Karjo
“Memangnya kamu mendengarkan
ceritanya?”. Pak Mino balik bertanya
(mereka hanya menggelengkan kepala
merasa malu ternyata selama ini mereka dikelas hanya mengikuti kegiatan belajar
saja tanpa mendengarkan penjelasan guru).
“Baik pa akan kami kerjakan”. Jawab
salah satu temannya Karjo.
“Bagus, sekarang silahkan masuk
kelas nanti istirahat langsung kalian laksanakan tugas dari bapak”.
(Mereka kembali ke kelas dengan
muka penuh sesal)
“kkkkrrrriiiiinnnnggggg……”. bel
tanda istirahat
Karjo dan
keempat temannya langsung menuju ke perpustakaan, mencari buku yang di tugaskan
oleh Pak Mino. Mereka langsung mulai membaca dan menghayati isi cerita
didalamnya. Karena selama di kelas tidak pernah mendengarkan Guru, maka kali
ini mereka benar-benar ingin megetahui isinya. Dengan muka serius dan
mengernyitkan kening mereka baca lembar demi lembar. Wajah Karno terlihat ada
rasa sesal setelah membaca buku tersebut.
“Betapa jahatnya aku”. Ucap karno
lirih
“Pahlawan-pahlawanku yang berjuang
meraih kebebasan keerdekaan Indonesi dengan gigihnya, nyawa mereka pertaruhkan demi terciptanya Indonesia
merdeka”. Ucapnya dalam hati
“ternyata apa yang kita perbuat
sungguh memalukan dan tidak menghargai mereka, aku malu”. Saut temannya Karjo
dengn penuh sesal.
“Mengenai bendera, itu bukanlah
hanya sekedar kain teryata”. Sambung karjo sambil menutup buku bacaannya.
“Ibu Fatmawati menjahitnya dengan
penuh cinta pada tanah air. Begitu pula pada saat proses penaikan bendera
ketika pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan, mereka menggibarkan dengan taruhan
nyawa. Sedangkan sekarang kita Upacara aman damai saja sudah tidak mengikuti
secara khidmat. Aku menyesal teman-teman”. Sambung Karjo lagi sambil menghela
napas panjang.
Kelima
anak tadi mulai memahami kenapa Pak Mino memberi hukuman kepada mereka,
ternyata dengan hukuman yang mereka terima mereka jadi tahu kalau Bangsa
Indonesia meredeka ini bukan dengan cara yang mudah. Mereka harus menghargai
dan mempertahankann kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah dan
pertumpahan darah.
0 Response to "Cerpen Benderaku"
Post a Comment