Menghargai Jasa Para Pahlawan
Menghargai
Jasa Para Pahlawan
Hari senin merupakan
hari dimana dimulainya kegiatan setiap orang,dimana hari senin setiap orang
mulai sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan. Bagi sebagian orang hari senin
adalah hari yang menyjengkelkan dan menyebalkan. Tapi tidak untuk Haza,gadis
kecil yang duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar, baginya hari Senin merupakan
hari istimewa untuk semua umat manusia terutama para pelajar di Indonesia.
Senin, merupakan hari
dimana semua pelajar menunjukan rasa nasionalisme terhadap Indonesia dan rasa
hormat terhadap Para Pahlawan yang telah banyak berkorban demi mendapatkan dan
merebut kemerdekaan untuk rakyat Indonesia.
Pagi ini, tepatnya
pukul 05.30 pagi, Haza mencium tangan kedua orangtuanya lalu pamit untuk pergi
ke sekolah. Dimana tempat sekolah Haza jauh dari rumahnya sehingga dia harus
berangkat lebih awal. Jalan yang harus ditempu haza tidak seperti, jalan yang
ada dikota dinama di daerah Haza tinggal tidak ada angkutan umum seperti
dikota. Dimana haza harus berjalan kali untuk sampai di sekolahanya.walaupun
begitu Haza selalu tepat waktu saat datang ke sekolahan. Saat sampai pukul
setengah tujuh, dilihatnya masih banyak yang belum sampai di sekolah . Apalagi
ini Senin, banyak orang yang tidak menyukai hari Senin karena berbagai faktor.
Faktor utama untuk
sebagian pelajar yang tidak menyukai hari Senin adalah; upacara bendera.Jika
melihat ke belakang, perjuangan para Pahlawan tidak sebanding dengan siswa yang
hanya berdiri di lapangan upacara selama kurang lebih empat puluh lima menit.
Apa yang dilakukan mereka? Hanya sikap sempurna dengan membuka mata, telinga
dan hati.
Mata digunakan untuk
melihat proses pengibaran Sang Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya yang
dinyanyikan dengan khidmat. Telinga digunakan untuk mendengar lagu Indonesia
Raya. Hati digunakan untuk merenungkan serta ikut merasakan kesedihan terhadap
Pahlawan yang gugur dalam medan perang demi kemerdekaan rakyatnya Indoneia.
Hanya itu, tidak ada
yang sulit. Tapi, mengapa hampir semua orang yang mengikuti upacara saat ini
seperti hatinya tidak terenyuh untuk memberikan doa kepada Para Pejuang
Indonesia.
Haza miris melihat Seperti
dua orang temannya di depannya bermain
sambil ngobrol ketika proses pengibaran bendera merah putih berlangsung. Melihat
itu, Haza merasa sebal, tidak menegur mereka yang telah berbuat kesalahan.Sampai
prosesi pengibaran bendera merah putih usai, kedua teman di depannya masih
berbincang-bincang dengan volume suara yang cukup keras.
Risi, Haza pun menegur
temannya dengan cara menepuk bahunya kemudian menempelkan jari telunjuknya di
depan bibir sebagai gerakan nonverbal agar mereka berhenti berbicara. Sayangnya,
cara itu tak mempan untuk mereka berdua sampai Haza melakukan cara yang sama
lagi, menepuk bahu mereka. Tapi kali ini berbeda, disertai tatapan tajam Haza
ketika mereka berdua, Gita dan Anti menoleh ke balakang dengan wajah yang
sinis.
“Kalau lagi upacara
jangan bersuara,” kata Haza, menyuarakan sesuatu yang mengganjal sedari tadi. “Pelanggaran
HAM, kamu melanggar kami berbicara,” jawab Gita sengit disertai anggukan Anti.
Haza hanya mendengus
pelan, tidak menanggapi ucapan Gita yang menurutnya cukup menjengkelkan karena Bahkan
ketika Pak Toto selaku Kepala Sekolah menyampaikan amanat, dua Temannya di
depannya masih bermain dan ngobrol.
Seketika semua siswa
diam dan suasana menjadi hening tidak ada yg ngobol dan bermain ketika Pak Toto
menunjuk salah satu siswa laki-laki dari barisan kelas 4 untuk maju ke depan.
Wajah Pak Toto terlihat
geram, mungkin beliau terlihat seperti ingin bertransformasi menjadi harimau
jika bisa, kemudian siap menikam siswa laki-laki yang saat ini sudah berdiri di
sampingnya.
“Kamu tahu ini sedang
apa nak?” Pak Toto bertanya.
Laki-laki itu pun menjawab dengan kesan
yang santai, “Upacara.”
“Kamu tahu ini sedang apa?!” tanya Pak
Toto sekali lagi dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi. Yang ditatap pun
langsung menunduk, terlihat gemetar. Pasalnya, Pak Toto memang terkenal galak,
bukan galak sih sebenarnya, tapi terlampau tegas dan disiplin.
“Kamu tahu ini sedang upacara, tapi kenapa kamu malah mainan dan mengganggu teman-temanmu yang lain?”Siswa itu pun diam, semuanya diam, terkecuali Pak toto yang sedang menegur
“Kamu tahu ini sedang upacara, tapi kenapa kamu malah mainan dan mengganggu teman-temanmu yang lain?”Siswa itu pun diam, semuanya diam, terkecuali Pak toto yang sedang menegur
“Kalian itu menginjak
tanah Indonesia maka kalian harus menghormati Indonesia!”
Haza merasa sedih ketika melihat teman-temannya tidak melakukan upacara dengan khidmat.
Haza merasa sedih ketika melihat teman-temannya tidak melakukan upacara dengan khidmat.
“Mau bagaimana negeri
ini ke depannya kalau tidak ada yang meneruskan jasa-jasa Pahlawan kita
terdahulu?” kata Pak Toto.
Lalu, ia melanjutkan.
“Jika kalian tidak cinta terhadap Indonesia, tidak menghargai Para Pejuang,
maka kalian tidak memiliki sikap patriotisme! Mau bagaimana jika kita dijajah
lagi? Apa kalian akan seperti ini?” Pak Toto menggeleng-gelengkan kepalanya
tidak percaya.
“Asal kalian tahu,
melaksanakan upacara bendera dengan khidmat dan sempurna itu merupakan salah
satu pembuktian kalian bahwa kalian cinta Indonesia!”
Semua bungkam, Gita dan
Anti yang sepuluh menit lalu masih berisik dan bermain menyjadi diam. Tiba
saatnya, upacara berakhir dan semua siswa langsung berhamburan meninggalkan
lapangan upacara.
Seminggu berlalu dan
hari ini tidak seperti Senin biasanya. Haza tidak dapat menahan untuk tidak
mengulum senyum saat upacara bendera berlangsung secara khidmat.
Karena bela negara tidak harus diwujudkan dengan senjata, tetapi wujud bela negara dapat ditunjukkan dengan rasa cinta tanah air, salah satunya dengan melaksanakan upacara bendera untuk mngenang jasa para pahlawan.
Karena bela negara tidak harus diwujudkan dengan senjata, tetapi wujud bela negara dapat ditunjukkan dengan rasa cinta tanah air, salah satunya dengan melaksanakan upacara bendera untuk mngenang jasa para pahlawan.
0 Response to "Menghargai Jasa Para Pahlawan"
Post a Comment